Selain itu, mencari keuntungan bisa menjadi salah satu alasan
kenapa satu bangsa ingin menguasai wilayah lain. Keuntungan ini bisa beragam
bentuknya, boleh jadi bersifat materiel maupun imateriel. Selama berabad-abad, Bangsa Romawi dan Persia telah hidup
berdampingan sebagai rival dalam sejarah dunia. Kedua adidaya ini secara
bersamaan –ataupun bergantian, melebarkan kekuasaannya di banyak wilayah di
daratan Asia, Eropa, Afrika, dan lainnya. Sebelum Islam berkembang sebagai kekuatan besar, Romawi dan Persia
pernah berusaha menanamkan pengaruhnya di Jazirah Arab. Salah satu wilayah yang
mendapat perhatian dari dua adidaya tersebut adalah Yaman. Selain itu, bumi
Syam (terutama Palestina) juga pernah berada langsung di bawah kekuasaan mereka
secara bergantian. Sebagai sesama wilayah Arab layaknya Palestina dan Yaman, Hijaz
dalam sejarahnya tidak mendapat intervensi secara langsung dari kedua kekuatan
tersebut. Hal ini menimbulkan tanya, apa yang membuat Hijaz berbeda? Kondisi Geografis yang Kurang SuburJazirah Arab merupakan wilayah yang dibatasi oleh Laut Merah dan
Gunung Sinai di bagian barat, Teluk Arab di bagian timur, Irak di utara, serta
Laut Arab yang bersambung dengan Samudera Hindia di bagian selatan.
Secara umum, kondisi geografis Jazirah Arab diliputi gurun pasir
dengan udara yang kering. Namun tentu kondisi alam di setiap wilayah di Jazirah
Arab tidak bisa dipukul rata secara sama. |
![]() |
| Alasan Hijaz Tidak Diintervensi Romawi dan Persia (Source: pexels.com/Fabio Partenheimer) |
Hijaz yang berada di bagian barat Jazirah Arab terkenal sebagai
daratan yang tandus dan kering. Kondisi alam di Hijaz penuh dengan padang pasir
serta gunung berbatu. Meski demikian, kondisi alam di Hijaz tidak seekstrem
wilayah tengah Jazirah Arab seperti Najd.
Pertanian masih bisa tumbuh di sebagian Hijaz seperti Madinah dan
Thaif. Namun, pertaniannya tidak terlalu subur dan berkembang sebagaimana di
Yaman atau Hadramaut. Meski sama-sama wilayah yang terletak di Semenanjung
Arab, Yaman memiliki kondisi geografis yang sedikit berbeda.
Wilayah yang terletak di bagian selatan Jazirah Arab ini memiliki
dataran tinggi yang relatif subur. Kondisi alam yang mendukung ini menjadikan
pertanian lebih berkembang di Yaman. Selain itu, sistem irigasi yang menyokong
pertanian juga telah dikenal masyarakat selama berabad-abad.
Perbedaan kondisi di kedua wilayah ini memberi sedikit gambaran
mengapa Yaman selalu dilirik Romawi dan Persia, sedangkan Hijaz tidak. Wilayah
dengan pertanian yang subur tentu akan lebih menarik para adikuasa daripada
wilayah tandus yang miskin akan sumber daya alam. Tentu perlu diingat juga
bahwa faktor geografis ini bukan satu-satunya alasan.
Meski terkesan “kurang menarik” karena kondisi geografis, Syekh
Shafiyyurrahman Al-Mubarakfuri dalam bukunya Sirah Nabawiyah memberikan
sudut pandang yang berbeda. Beliau menyampaikan bahwa kondisi alam Jazirah Arab
yang dikelilingi gurun dan pasir seolah menjadi benteng pertahanan yang kokoh.
Keadaan lingkungan tersebut membuat bangsa asing enggan untuk
mencaplok, menjajah, bahkan menguasai bangsa Arab. Oleh karena itu, bangsa Arab
biasa hidup merdeka dan bebas dari segala urusan sejak zaman dahulu.
Kurang Menguntungkan Secara Materiel
Kekayaan atau gold selalu menjadi salah satu
alasan utama kenapa satu bangsa ingin menguasai bangsa di wilayah lainnya.
Semangat ini tidak hanya digaungkan ketika abad ke-15 saja. Tapi jauh sebelum
itu, fenomena tersebut telah banyak dipraktikkan oleh berbagai bangsa.
![]() |
| Alasan Hijaz Tidak Diintervensi Romawi dan Persia (Source: pexels.com/Alex P) |
Satu dari banyaknya alasan kenapa
Romawi atau Persia ingin menaklukkan suatu wilayah adalah karena untuk mencari
kekayaan, khususnya yang berhubungan dengan pajak dan jalur perdagangan.
Wilayah yang memiliki peran penting dalam jalur perdagangan akan menarik minat
banyak orang karena keuntungan ekonomis yang ingin didapat.
Sejak zaman dahulu telah banyak
berdiri kota-kota pelabuhan dan pos-pos dalam lalu lintas perdagangan.
Contohnya seperti bumi Syam (Suriah, Palestina, Lebanon, dan Yordania) yang
memegang peranan penting dalam mempertemukan pedagang-pedagang dari Asia,
Afrika, serta Eropa.
Syam terletak di posisi yang
strategis dalam jalur perdagangan internasional. Wilayahnya menjadi titik
pertemuan antara para pedagang jalur sutra dan jalur laut. Hal ini yang
menjadikan Syam selalu menjadi rebutan bangsa-bangsa besar. Baik Romawi ataupun
Persia pernah menguasai tanah ini.
Begitu pula dengan Yaman yang
langsung berhadapan dengan Laut Arab. Selama berabad-abad, Yaman telah menjadi
pusat pelabuhan dan perdagangan laut. Wilayahnya strategis di jalur perdagangan
internasional yang menghubungkan India, Tiongkok, Afrika Timur, juga Timur
Tengah.
Hal ini berbeda dengan Hijaz yang
hanya berfungsi sebagai wilayah transit dalam lalu lintas perdagangan ketika
itu. Meski secara geografis Hijaz terletak dekat dengan Laut Merah, wilayah
barat Jazirah Arab ini tidak memiliki peran yang signifikan sebagai pelabuhan
atau pusat dagang internasional.
Orang-orang Hijaz merupakan
pedagang yang ulung. Hanya saja mereka berperan sebagai distributor barang
dagangan dari Yaman dan juga Syam. Contohnya seperti orang Quraisy. Mereka
pergi ke Syam pada saat musim panas dengan membawa barang dagangan dari Yaman,
kemudian pada saat musim dingin mereka pergi ke Yaman dengan membawa
barang-barang dari Syam.
Meski tidak berperan sebagai pusat
dagang internasional, Hijaz tetap memiliki perekonomian yang ramai di pasar
lokal. Hanya saja, tentu karena cakupannya yang tidak luas, bangsa Romawi dan
Persia tidak terlalu menaruh perhatian pada Hijaz.
Alasan Hijaz yang tidak
diintervensi oleh Romawi dan Persia tentu bisa beragam. Dua alasan di atas
hanya beberapa dari banyaknya kemungkinan dibalik tindakan acuh tak acuh
tersebut.
Meski demikian, bukan berarti
mereka tidak mengetahui adanya suatu bangsa di hamparan gurun ini. Layaknya
kekuatan lain, bisa jadi Romawi dan Persia hanya ingin berfokus pada sesuatu
yang dapat menguntungkan mereka.
✦✦✦
Sumber:
Sirah Nabawiyyah (Syeikh Shafiyyurahman Al-Mubarakfuri)
Kondisi Bangsa Arab Pra Islam dan Awal Islam (Direktorat Jenderal Pendidikan Islam)



0 Comments